lagi belajar blog

Tuesday, April 24, 2018

Anak Berkelainan Mental Emosional

Anak Berkelainan Mental Emosional
Suparno
Pada   bagian    ini    akan    mengantarkan    saudara    untuk   memahami klasifikasi anak berkebutuhan khusus yang mengalami kelainan mental- emosional,   yaitu   anak   tunagrahita,   dan  tunalaras. Untuk   itu   saudara diharapkan dapat mencermatinya dengan baik, dan membaca referensi yang relevan dengan kajian materi ini. Usai mengikuti pembahasan subunit ini saudara diharapkan dapat menjelaskan klasifikasi anak berkebutuhan khusus yang mengalami kelainan mental-emosional.
Klasifikasi Anak Tunagrahita
Ilustrasi
Seorang guru di suatu sekolah untuk anak berkebutuhan khusus, mengelompokkan siswa-siswa yang termasuk kelainan mental menjadi dua kelompok, satu kelompok diberi layanan akademik sebagaimana siswa-siswa pada umumnya, satu kelompok lagi materi pelajaran diorientasikan pada keterampilan aktivitas kehidupan sehari-hari, karena dianggap tidak mampu mengikuti pelajaran bidang-bidang akademik. Ternyata guru tersebut mengelompokkan anak berdasarkan kemampuan akademiknya. Di sisi lain seorang psikolog di sekolah tersebut, justru melakukan psikotes untuk menentukan tingkat intelektual para siswa tersebut, dan ternyata diperoleh hasil yang berbeda-beda dan berada di bawah rata- rata.
Untuk memahami klasifikasi anak tunagrahita maka perlu disesuaikan dengan klasifikasinya karena setiap kelompok tunagrahita memiliki klasifikasi yang berbeda-beda. Sesuai dengan bidang bahasan pada materi ini akan dibahas klasifikasi akademik tunagrahita sebagai berikut:
Ada beberapa klasifikasi atau pengelompokkan tunagrahita berdasarkan berbagai tinjauan diantaranya:
  1. Berdasarkan kapasitas intelektual (sekor IQ)
–  Tunagrahita ringan IQ 50 – 70
–  Tunagrahita sedang IQ 35 – 50
–  Tunagrahita berat IQ 20 – 35
–  Tunagrahita sangat berat memiliki IQ di bawah 20
  1. Berdasarkan kemampuan akademik
–  Tunagrahita mampudidik
–  Tunagrahita mampulatih
–  Tunagrahita perlurawat
  1. Berdasarkan tipe klini pada fisik
–  Down’s Syndrone (Mongolism)
–  Macro Cephalic (Hidro Cephalic)
–  Micro Cephalic
Pengklasifikasian anak tunagrahita perlu dilakukan untuk memudahkan guru dalam menyusun program layanan/pendidikan dan melaksanakannya secara tepat. Perlu diperhatikan bahwa perbedaan individu (individual deferences) pada anak tunagrahita bervariasi sangat besar, demikian juga dalam pengklasifikasi terdapat cara yang sangat bervariasi tergantung dasar pandang dalam pengelompokannya. Klasifikasi itu sebagai berikut :
  1. Klasifikasi yang  berpandangan  medis,  dalam  bidang  ini  memandang variasi anak tunagrahita dari keadaan tipe klinis. Tipe klinis pada tanda anatomik dan fisiologik yang mengalami patologik atau penyimpangan. Kelompok tipe klinis di antaranya:
  1. Down Syndrom (dahulu disebut Mongoloid)
Pada tipe ini terlihat raut rupanya menyerupai orang Mongol dengan ciri:  mata sipit dan miring, lidah tebal dan terbelah-belah serta biasanya menjulur keluar, telinga kecil, tangan kering, semakin dewasa kulitnya semakin kasar, pipi bulat, bibir tebal dan besar, tangan bulat dan lemah, kecil, tulang tengkorak dari muka hingga belakang tampak pendek.
  1. Kretin
Pada tipe kretin nampak seperti orang cebol dengan ciri: badan pendek, kaki  tangan  pendek,  kulit  kering,  tebal,  dan  keriput,  rambut  kering, kuku pendek dan tebal.
  1. Hydrocephalus
Gejala yang nampak adalah semakin membesarnya Cranium (tengkorak kepala)           yang                 disebabkan                  oleh     semakin      bertambahnya     atau bertimbunnya cairan Cerebro-spinal pada kepala. Cairan ini memberi tekanan pada otak besar (cerebrum) yang menyebabkan kemunduran fungsi otak.
  1. Microcephalus, Macrocephalus, Brachicephalus dan Schaphocephalus Keempat istilah tersebut  menunjukkan  kelainan  bentuk  dan  ukuran kepala, yang masing-masing dijelaskan sebagai berikut:
ƒ   Microcephalus     : bentuk ukuran kepala yang kecil
ƒ   Macrocephalus    :  bentuk  ukuran  kepala  lebih  besar  dari  ukuran normal
ƒ   Brachicephalus    : bentuk kepala yang melebar
ƒ   Schaphocephalus: memiliki ukuran kepala yang panjang sehingga menyerupai menara
  1. Cerebral Palsy (kelompok kelumpuhan pada otak)
Kelumpuhan pada otak mengganggu fungsi kecerdasan, di samping kemungkinan mengganggu pusat koordinasi gerak, sehingga kelainan cerebral palsy terdiri tunagrahita dan gangguan koordinasi gerak. Gangguan        koordinasi             gerak      menjadi            kajian   bidang                    penanganan tunadaksa, sedangkan gangguan kecerdasan menjadi kajian bidang penanganan tunagrahita.
  1. f. Rusak otak (Brain Damage)
Kerusakan otak berpengaruh terhadap berbagai kemampuan yang dikendalikan oleh pusat susunan saraf yang selanjutnya dapat terjadi gangguan kecerdasan, gangguan pengamatan, gangguan tingkah laku, gangguan perhatian, gangguan motorik.
  1. Klasifikasi yang berpandangan pendidikan, memandang variasi anak tunagrahita dalam kemampuannya mengikuti pendidikan.
Kalangan     American     Education     (Moh.     Amin,    1995:21) mengelompokkan                                menjadi    Educable    mentally    retarded,   Trainable mentally retarded dan Totally / costudial dependent yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia : mampu didik, mampu latih, dan perlu rawat. Pengelompokan tersebut sebagai berikut:
a.Mampu    didik,   anak    ini    setingkat   mild,    Borderline,   Marginally dependent, moron, dan debil. IQ mereka berkisar 50/55-70/75.
b.Mampu latih, setingkat dengan Morderate, semi dependent, imbesil, dan memiliki tingkat kecerdasan IQ berkisar 20/25-50/55.
c.Perlu rawat, mereka termasuk Totally dependent or profoundly mentally retarded, severe, idiot, dan tingkat kecerdasannya 0/5-20/25
  1. Klasifikasi yang berpandangan sosiologis memandang variasi tunagrahita dalam kemampuannya mandiri di masyarakat, atau peran yang dapat dilakukan masyarakat.
Menurut AAMD (Amin, 1995:22-24) klasifikasi itu sebagai berikut :
a.Tunagrahita ringan; tingkat kecerdasan (IQ) mereka berkisar 50-70, dalam penyesuaian sosial maupun bergaul, mampu menyesuaikan diri pada  lingkungan  sosial  yang  lebih  luas  dan  mampu  melakukan pekerjaan setingkat semi terampil.
b.Tunagrahita sedang; tingkat kecerdasan (IQ) mereka berkisar antara 30-
50; mampu melakukan keterampilan mengurus diri sendiri (self-helf); mampu mengadakan adaptasi sosial di lingkungan terdekat; dan mampu mengerjakan pekerjaan rutin yang perlu pengawasan atau bekerja di tempat kerja terlindung (sheltered work-shop).
c.Tunagrahita berat dan sangat berat, mereka sepanjang kehidupannya selalu tergantung bantuan dan perawatan orang lain. Ada yang masih mampu dilatih mengurus sendiri dan berkomunikasi secara sederhana dalam batas tertentu, mereka memiliki tingkat kecerdasan (IQ) kurang dari 30.
  1. Klasifikasi yang dikemukakan oleh Leo Kanner (Amin, 1995:22-24), dan ditinjau dari sudut tingkat pandangan masyarakat sebagai berikut: a.Tunagrahita absolut, termasuk kelompok tunagrahita yang jelas nampak
ketunagrahitannya baik berada di pedesaan maupun perkotaan, di masyarakat petani maupun masyarakat industri, di lingkungan sekolah, lingkungan keluarga dan di tempat pekerjaan. Golongan ini penyandang tunagrahita kategori sedang.
b.Tunagrahita relatif, termasuk kelompok tunagrahita yang dalam masyarakat tertentu dianggap tunagrahita, tetapi di tempat masyarakat lain tidak dipandang tunagrahita. Anak tunagrahita dianggap demikian ialah anak tunagrahita ringan karena masyarakat perkotaan yang maju dianggap   tunagrahita    dan   di    masyarakat    pedesaan    yang   masih terbelakang dipandang bukan tunagrahita.
c.Tunagrahita semu (pseudo mentally retarded) yaitu anak tunagrahita yang menunjukan penampilan sebagai penyandang tunagrahita tetapi sesungguhnya ia mempunyai kapasitas kemampuan yang normal. Misalnya seorang anak dikirim ke sekolah khusus karena menurut hasil tes kecerdasannya rendah, tetapi setelah mendapat pengajaran remedial dan bimbingan khusus menjadikan kemampuan belajar dan adaptasi sosialnya normal.
  1. Klasisikasi  menurut   kecerdasan   (IQ),   dikemukakan   oleh   Grosman (Hallahan & Kauffman, 1988:48) sebagai berikut:

TERM


IQ RANGE FOR LEVEL
Mild Mental Retardation Mederate Mental Retardation Severe Mental Retardation
Profound Mental Retardation
55-70 to Aprox, 70
35-40 to 50-55
20-25 to 35-40 bellow 20 or 25
Klasifikasi tunagrahita dari berbagai pandangan tersebut jika dipadukan akan membentuk tabel sebagai berikut:
Kemampuan dalam pendidikanSosiologisTingkat kecacatanTingkat kecerdasan (IQ)
Mampu didikRingan,mild, marginally, dependent, moron.Debil55-70 to Aprox 70
Mampu latihSedang, moderate, semi dependent.Imbesil35-40 to 50-55
Perlu rawatBerat, severe, totally dependent,
profound.
Idiot20-25 to 35-40 bellow 20 or 25
Klasifikasi Anak Tunalaras
Ilustrasi
Pak Tono adalah seorang guru pada suatu sekolah tertentu yang seringkali dibuat pusing oleh perilaku beberapa orang siswanya. Anak-anak tersebut sering kali membandel, melanggar peraturan, dan jarang mengerjakan tugas sekolah. Selain itu ada pula siswanya yang hiperaktif,   suka membolos dan membentuk gang atau kelompok-kelompok berbuat keonaran. Mereka itu ternyata perilakunya bermacam-macam, dari yang ringan sampai berat.
Anak tunalaras adalah anak-anak yang mengalami gangguan perilaku, yang ditunjukkan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, baik di sekolah maupun dalam lingkungan sosialnya. Pada hakekatnya, anak-anak tunalaras memiliki kemampuan intelektual yang normal, atau tidak berada di bawah rata-rata. Kelainan lebih banyak banyak terjadi pada perilaku sosialnya.
Beberapa  klasifikasi  yang  menonjol  dari  anak-anak  berkebutuhan khusus yang mengalami kelainan perilaku sosial ini adalah:
  1. Berdasarkan perilakunya
  • Beresiko tinggi; hiperaktif      suka  berkelahi,  memukul,  menyerang, merusak milik sendiri atau orang lain, melawan, sulit konsentrasi, tidak mau bekerjasama, sok aksi, ingin menguasai oranglain, mengancam, berbohong, tidak bisa diam, tidak dapat dipercaya, suka mencuri, mengejek, dan sebagainya.
  • Beresiko rendah; autism, kawatir, cemas, ketakutan, merasa tertekan, tidak mau bergaul, menarik diri, kurang percaya diri, bimbang, sering menangis, malu, dan sebagainya.
  • Kurang dewasa; suka berfantasi, berangan-anagan, mudah dipengaruhi, kaku, pasif, suka mengantuk, mudah bosan, dan sebagainya
  • Agresif; memiliki gang jahat, suka mencuri dengan kelompoknya, loyal terhadap teman jahatnya, sering bolos sekolah, sering pulang larut malam, dan terbiasa minggat dari rumah.
  1. Berdasarkan Kepribadian
  • Kekacauan perilaku
  • Menarik diri (withdrawll)
  • Ketidakmatangan (immaturity)
  • Agresi sosial
Latihan
Untuk memperdalam pemahaman saudara mengenai konsep layanan, maka berikut ini ada beberapa latihan yang harus dikerjakan.
  1. Buatlah sebuah rangkuman singkat mengenai klasifikasi anak-anak tunagrahita dan tunalaras Jelaskan pula hal-hal khusus yang saudara ketahui mengenai klasifikasi kedua jenis anak berkebutuhan khusus tersebut.
  2. Jelaskan pengalaman saudara, apakah selama ini pernah menemui anak- anak berkebutuhan khusus yang termasuk tunagrahita, atau tunalaras di sekolah atau  di  lingkungan  sekitar  saudara  tinggal?  Bagaimanakah dengan taraf kelainan yang disandangnya, termasuk ringan, sedang, ataukah berat?
  3. Sudah sesuaikah layanan pendidikan yang diberikan untuk anak-anak penyandang tunagrahita dan                   tunalaras,             jika    dilihat    dari    tingkat ketunaannya selama ini? Jelaskan pendapat saudara, disertai landasan pemikirannya secara obyektif.
Rangkuman
Klafifikasi anak-anak berkebutuhan khusus, yang mengalami kelainan mental intelektual dan emosional mencakup anak-anak yang mengalami kelainan keterbelakangan mental (tunagrahita), dan anak-anak yang mengalami  kelainan  perilaku  sosial  (tunalaras).  Derajat  kelainan  masing-masing jenis ketunaan tersebut juga sangat beragam, dari kategori ringan sampai yang berat, namun secara umum dapat dilihat klasifikasi secara umum maupun klasifikasi secara khusus.
Secara umum  anak tunagrahita diklasifikasan menjadi (1) tunagrahita ringan; dengan tingkat kecerdasan (IQ) mereka berkisar 50-70, dalam penyesuaian sosial maupun bergaul, mampu menyesuaikan diri pada lingkungan sosial yang lebih luas dan mampu melakukan pekerjaan setingkat semi  terampil,  (2)  tunagrahita  sedang;  tingkat  kecerdasan  (IQ)  mereka berkisar antara 30-50; mampu melakukan keterampilan mengurus diri sendiri (self-helf); mampu mengadakan adaptasi sosial di lingkungan terdekat; dan mampu mengerjakan pekerjaan rutin yang perlu pengawasan atau bekerja di tempat kerja terlindung (sheltered work-shop), dan (3) tunagrahita berat dan sangat berat, mereka sepanjang kehidupannya selalu tergantung bantuan dan perawatan orang lain. Ada yang masih mampu dilatih mengurus sendiri dan berkomunikasi  secara  sederhana  dalam  batas  tertentu,  mereka  memiliki tingkat kecerdasan (IQ) kurang dari 30.
Sedang   anak-anak   yang   mengalami   kelainan   perilaku       sosial- emosional  (tunalaras)  dapat  diklasifikasikan menjadi;  (1)  berdasarkan perilakunya, mencakup (a)  beresiko  tinggi; hiperaktif suka  berkelahi, memukul, menyerang, merusak milik sendiri atau orang lain, melawan, sulit konsentrasi, tidak mau bekerjasama, sok aksi, ingin menguasai oranglain, mengancam,  berbohong,  tidak  bisa  diam,  tidak  dapat  dipercaya,  suka mencuri, mengejek, dan sebagainya, (b) beresiko rendah; autism,   kawatir, cemas, ketakutan, merasa tertekan, tidak mau bergaul, menarik diri, kurang percaya diri, bimbang, sering menangis, malu, dan sebagainya, (c) kurang dewasa; suka berfantasi, berangan-anagan, mudah dipengaruhi, kaku, pasif, suka mengantuk, mudah bosan, dan sebagainya, dan (d) agresif; memiliki gang  jahat,  suka  mencuri  dengan  kelompoknya,  loyal  terhadap  teman jahatnya, sering bolos sekolah, sering pulang larut malam, dan terbiasa minggat dari rumah; (2) berdasarkan kepribadian, mencakup kekacauan perilaku, menarik diri (withdrawll), ketidakmatangan (immaturity), dan agresi sosial.





Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+
Tags :

Related : Anak Berkelainan Mental Emosional

0 comments:

Post a Comment